Sabtu, 28 April 2012

Jejak GMNI Cabang Padang dari Masa ke Masa



JAS MERAH…!"
 jangan sekali-sekali melupakan sejarah…

            Begitu kalimat yang sering digemakan bapak pendiri bangsa sekaligus bapak ideologi GMNI, Bung Karno. Makna ungkapan ini sangat mendasar karena tanpa sejarah yang jelas bisa dipastikan masa depan kita juga tidak akan berbentuk. Sejarah merupakan elemen penting dari sebuah eksistensi, tanpa sejarah kita seolah tidak punya tempat berpijak yang jelas bagi masa depan kita kelak. 
            GMNI merupakan organisasi mahasiswa yang telah melewati banyak melewati dekade demi dekade, seiring dengan berkembangnya negara ini, baik itu masa-masa indah maupun masa-masa pahit. Begitu juga keberadaan GMNI Cabang Kota Padang sendiri, dari masa ke masa selalu meninggalkan jejak yang harus terus direkam dan dicermati sebagai bahan pembelajaran yang nyata bagi kader GMNI Padang di generasi mendatang agar GMNI Cabang Kota Padang dapat lebih memposisikan diri sebagai organisasi sentral gerakan mahasiswa Nasionalis di Kota Padang.
            Bagi sebagian mahasiswa yang awam, GMNI cabang Kota Padang jika dilihat sekilas merupakan organisasi baru yang muncul lebih belakangan dibanding organisasi ekstra kampus lainnya di Kota Padang. Namun, jika kita benar-benar merunut sejarah awal kehadiran organisasi ini di kota Padang maka kita akan menemukan bahwa organisasi ini sebenarnya telah hadir pada awal 1960-an dimana presiden yang merupakan bapak ideologi GMNI, Bung Karno, saat itu masih memimpin negeri ini.

            Yang menjadi penyebab GMNI Cabang Kota Padang hanya terdengar sayup-sayup selama ini lebih terletak pada sering putusnya hubungan antar generasi di GMNI cabang Kota Padang yang pada periode tertentu antara lain :
- tidak lagi mengenal senior-senior serta alumni GMNI lama yang pernah membesarkan GMNI cabang Kota Padang berikut strategi dan dinamikanya.
-            gerakan yang dibangun oleh kader-kader GMNI cabang Kota Padang lebih bersifat sporadik dan tidak ada yang benar-benar mempengaruhi lingkungan masyarakat secara meluas dalam waktu yang cukup lama.
-            Selain itu, proses kaderisasi yang selalu tersendat yang mengakibatkan tingkat kemapanan ideologi yang berbeda dan cenderung semakin menurut dari generasi ke generasi.

Namun ada hal yang perlu dicatat bahwa tiga hal diatas juga merupakan konsekuensi logis akibat dari intimidasi penguasa Orde Baru yang intens selama ini pada GMNI dalam lingkup nasional maupun lokal.

            Namun, kita juga menyadari bahwa gelora obor ini hendaklah terus diturunkan dari generasi sekarang ke generasi berikutnya, dan literatur sejarah yang berisikan jejak-jejak perjuangan GMNI cabang Kota Padang harus diturunkan secara terus menerus sehingga kami sepakat untuk menyusun, dengan sangat sederhana, sebuah tulisan yang mencatat sejarah perjalanan GMNI cabang Kota Padang dari generasi ke generasi. Hal ini merupakan upaya kami untuk menjalankan tugas yang mungkin dilupakan oleh kader-kader GMNI cabang Kota Padang sebelumnya. 

            Menurut penelusuran kami, secara garis besar, sejarah GMNI Cabang kota Padang sebagai berikut :
1. Periode 1960 – 1967
2. Periode 1995 – 2002
3. Periode 2002 – 2004
4. Periode 2004 – 2010
5. Periode 2011 - Sekarang

            Kami membagi periode perjalanan GMNI cabang Kota Padang menjadi empat periode karena melihat ciri dan metode gerakan, tokoh gerakan serta dinamika sosial politik dimana setiap periode memiliki kekhasan tersendiri.

 1. Periode 1960 – 1967
            Embrio GMNI Cabang Kota Padang lahir pada tahun 1960-an . Saat itu GMNI secara nasional sedang dalam masa jaya-jayanya. Basis utama GMNI terdapat di Fakultas Hukum Universitas Andalas serta di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Ketua Cabang yang tercatat pada periode ini adalah Djanas Raden Dt. Bandaro Kuning .
            Menurut penuturan beberapa alumni sepuh GMNI cabang Kota Padang, pada waktu itu hampir diseluruh kampus yang ada di kota Padang memiliki kader GMNI dan rata-rata pengurus organisasi intra kampus merupakan kader-kader GMNI. Jika dilihat sejarah GMNI secara nasional, hal ini benar adanya mengingat pada periode 1960 – 1965 GMNI mengalami masa keemasannya dimana pada hampir diseluruh kampus di seantero nusantara GMNI memiliki basis organisasi yang kuat.
            Pasca Gestok dimana organisasi-organisasi massa blok nasionalis (Front Marhaenis) menjadi sasaran amuk gerakan Kontra Revolutioner dari elemen-elemen pendukung Orde Baru, semua organisasi berbasis nasionalis melemah di daerah dan terpecah belah dikepengurusan pusat, tak terkecuali GMNI. Ditingkatan nasional, banyak pimpinan GMNI yang ditangkap karena dituduh mendukung Komunis sementara sebagian lainnya memilih untuk berkompromi dengan penguasa baru saat itu. Kepengurusan Pusat GMNI sendiri terpecah dua, antara kubu yang tetap setia dengan cita-cita revolusi Presiden Soekarno dan kubu yang menerima dan mengakui kekuasaan Pemerintahan Orde Baru. Hal ini juga berimbas pada GMNI cabang Kota Padang dimana pada saat itu kader-kader GMNI cabang Kota Padang mengalami masa-masa suram akibat intimidasi oleh pihak-pihak akademis dan militer dalam rangka politik De-Soekarnoisasi sehingga pada awal 1970-an GMNI cabang Kota Padang akhirnya vakum selama lebih kurang selama tiga dasawarsa.
            Pada masa vakum hampir semua kader GMNI menghilangkan identitas ke-GMNI-annya agar terhindar dari intimidasi pemerintah sehingga tidak diketahui berapa persisnya kader GMNI Cabang Kota Padang pada waktu itu. Banyak kader yang memilih untuk fokus kepada studi dan banyak juga hanya berorganisasi ditingkatan internal kampus. Namun yang patut dicatat, kebanyakan alumni GMNI cabang Kota Padang dalam masa keemasan pemerintahan Orde Baru sempat memimpin instansi pemerintah maupun instansi pendidikan di Sumatera Barat walau tidak bisa didapatkan data pasti tentang berapa persisnya jumlah kader GMNI Cabang Kota Padang tersebut dan tidak ada pengakuan terus terang dari alumni-alumni akan hal tersebut.

 2. Periode 1995 - 2002
            Melalui prakarsa beberapa mahasiswa Sastra Universitas Andalas pada waktu itu, ditambah bantuan beberapa cabang GMNI di sumatera yang masih eksis seperti cabang Bengkulu dan juga beberapa cabang di pulau Jawa serta alumni, maka disusunlah kembali rencana pendirian kembali GMNI Cabang kota Padang. Pada masa ini , GMNI Cabang Kota Padang belum bisa maksimal dalam melakukan pergerakan akibat masih terbatasnya sumber daya dan tenaga yang dimiliki. Namun berkat kekerasan hati dari kader-kader periode awal kebangkitan tersebut dalam upaya merebut basis dikampus terutama di kampus UNAND, maka pada periode ini telah berhasil diletakkan dasar bagi perkembangan GMNI selanjutnya. Basis GMNI pada periode ini berada di Fakultas Sastra, FISIP dan Hukum serta Ekonomi Universitas Andalas, dan beberapa kader dari kampus lain terutama di UBH. Adapun ketua GMNI cabang Padang pada periode ini antara lain:

a. Ardiansyah D S (1995 – 1998)
b. Mitsu Pardede (1998 – 2000)
            Putusnya kontak dengan alumni-alumni sepuh GMNI cabang Kota Padang, serta keterbatasan sumber daya dan kemampuan finansial kader-kader GMNI cabang Kota Padang saat itu membuat kader-kader GMNI cabang Kota Padang berupaya untuk tetap menjalankan program kerja dengan modal seadanya.
            Menurut penuturan beberapa alumni di periode tersebut, gerakan GMNI cabang Kota Padang dilakukan dengan sistem swadaya, dan kadang kala, dengan modal kenekatan. Rapat-rapat dilaksanakan di tempat kosan atau menumpang di sekretariat organisasi mahasiswa lainnya dan kunjungan dilakukan dengan bermodal sepeda atau berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya. Metode advokasi merupakan ciri yang utama dari periode ini, ini bisa dilihat dengan keberhasilan kader-kader GMNI cabang Kota Padang periode tersebut membangun basis dengan pedagang di Pasar Raya Padang, menjadi pemimpin dan motivator di kelompok diskusi dan Unit Kegiatan Mahasiswa di kampus, serta berbagai kegiatan lainnya.
            Pasca reformasi 1998, kader-kader GMNI lebih banyak bermain dilahan LSM dan Partai sehingga basis GMNI Cabang Kota Padang di kampus-kampus menjadi terbengkalai, terutama pasca dilantiknya ketua cabang GMNI Mitsu Pardede menjadi anggota DPRD Sumbar periode 1999 – 2004 secara otomatis GMNI tidak tergarap sehingga sempat vakum tanpa kegiatan selama tiga yakni di tahun 1999 hingga 2002.

 3. Periode 2002 – 2004
            Periode ini bisa disebut periode pancaroba GMNI Cabang Kota Padang. Kepengurusan Mitsu Pardede dibantu oleh beberapa alumni angkatan 1995 mencoba untuk mengembalikan basis GMNI Padang yang sempat hilang. Pasca pelaksanaan PPAB GMNI Angkatan III, disusunlah kepengurusan baru yang menggantikan Mitsu pardede yang telah menjadi anggota dewan DPRD Sumbar pada tahun 1999.
            Tetapi bukan berarti Benih-benih GMNI mati, dimulai dari sebuah rapat yang diwakili oleh sisa-sisa kader PPAB III yang masih setia terhadap tujuan organisasi GMNI di seputaran Ulak Karang Padang, Organisasi GMNI kembali dirintis agar estafet organisasi tidak benar-benar mati.
            Namun, karena kurang tuntasnya penanaman dasar-dasar ideologi kader-kader baru, kurangnya pemahaman organisasi kader-kader serta pemahaman struktural organisasi, ditambah beberapa faktor lain maka pertentangan antar kader tidak bisa dielakkan lagi. Pelaksanaan Konfercab ke III pada akhir tahun 2003 yang menuai kontroversi dari kader-kader GMNI Cabang Kota Padang dan mengakibatkan keretakan ditubuh organisasi dan berujung terpecahnya kepengurusan GMNI menjadi dua kepengurusan.

 a. Kepengurusan Rizky Oktarina Osrichan – Desrizalti Salmaradola
            Kepengurusan Rizky atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Kiki, merupakan kepengurusan yang diakui oleh Presidium GMNI berdasarkan hasil Konfercab III GMNI cabang Kota Padang . Walaupun kepengurusan ini diakui oleh Presidium GMNI namun kebanyakan kader GMNI di basis menolak kepengurusan ini karena dianggap cacat hukum. Akibat tidak mendapat dukungan dari mayoritas kader GMNI cabang Kota Padang maka kepengurusan ini akhirnya isa dikatakan gagal melaksanakan mandat organisasi. Selain itu diantara pengurus didalam kepengurusan ini sendiri terdapat perpecahan. Ketua Cabang lebih banyak melakukan tugas organisasi dengan aksi solo sehingga pengurus-pengurus cabang lainnya tidak diarahkan sesuai dengan kemampuan dan tanggungjawab bidang masing-masing.
            Kepengurusan ini tidak memiliki basis yang jelas dan tidak memiliki komisariat. Diantara tokoh-tokoh yang muncul dalam kepengurusan ini diantaranya Rizky Oktarina Osrichan (Ketua Cabang), Desrizati Salmaradola – Dola (Sekretaris Cabang), Alm. Ferry Wahyudi (Waket Organisasi), Refli Prima, Bobby Hertanto, dll.

 b. Kepengurusan Robi Rinaldy – Pirman Suharto
            Kepengurusan Robi Rinaldy bersama sekretaris Pirman Suharto tidak diakui oleh Presidium GMNI karena dianggap melakukan penggembosan organisasi dengan tidak mengakui hasil Konfercab III GMNI cabang Kota Padang. Namun bagi kader-kader yang membentuk kepengurusan tandingan, kepengurusan ini terbentuk sebagai protes atas kesewenang-wenangan oknum-oknum kader serta Presidium GMNI sendiri dalam menetapkan hasil Konfercab dalam bentuk SK Kepengurusan DPC yang menurut mereka berbeda dengan hasil Konfercab III GMNI cabang Kota Padang.
            Walaupun tidak diakui oleh Presidium GMNI, namun GMNI Cabang Padang kubu Roby - Pirman memiliki basis yang lebih kuat dan merata diseluruh Padang. Hal ini bisa dilihat dari meratanya penyebaran kader yang berbasis di FISIP Univ. Andalas, FT – Univ. Negeri Padang, Fekon – Univ.Bung Hatta, Faperi – Univ. Bung Hatta, dan STIE-KBP. Adapun tokoh-tokoh dari kubu ini diantaranya Robi Rinaldy, Pirman Suharto, Dian Ihkwan, Yetmawati, Ika Febriyeni, dll. Dan kepengurusan ini juga berhasil melaksanakan PPAB Angkatan IV yang dihadiri oleh Presidium GMNI asal Padang, Eddy Mujahidin.
            Berbagai intrik dan pertentangan internal antara dua kubu terus melanda GMNI Cabang kota Padang yang membuat tersendatnya perkembangan dan berserakannya semua kekuatan potensial yang GMNI Cabang Kota Padang. Kedua kubu saling mengklaim bahwa merekalah yang benar dan berhak atas bendera GMNI dan saling menuding kubu lainnya sebagai pengkhianat organisasi.
            Pada perjalanan selanjutnya, kader-kader baru dari masing-masing kubu yang tidak terkait secara langsung dengan konflik dua kepengurusan saat Konfercab III mulai menyadari situasi yang berkembang dan menyatakan ketidaksetujuannya. Setelah serangkaian dialog dan pertemuan antar kader lintas kubu, maka disepakatilah untuk melakukan gerakan penyelamatan dan pemurnian GMNI cabang Kota Padang. Gerakan tersebut berpuncak pada pergantian Ketua Cabang dari kedua versi dan pembubaran kedua kepengurusan DPC sebelum masa jabatannya terakhir .

 4. Periode 2004 - 2010
            Jenuh dengan segala pertentangan dan perpecahan yang melanda organisasi selama hampir dua tahun, ditambah dengan kekecewaan alumni GMNI yang melihat adik-adik mereka sudah salah arah, maka beberapa kader yang bervisikan persatuan mencoba kembali membangun kontak dalam upaya rekonsiliasi di tubuh GMNI. Adapaun pihak yang membangun kontak adalah Ferry Wahyudi dan Refli Prima di kubu Kiki dan Dian Ihkwan serta Ika Febriyeni serta Yetmawati dari kubu Roby . Pada pertemuan dibulan Oktober 2004 di kediaman Yetmawati, dicapai kesepahaman untuk rekonsiliasi dengan membentuk kepengurusan baru yang diisi oleh kader dari masing-masing kubu dengan posisi yang seimbang.
            Para kader yang hadir menyadari bahwa segala pertentangan harus diakhiri dan lebih baik memfokuskan untuk membangun GMNI kedepan dengan memberdayakan semua potensi yang ada di GMNI cabang Kota Padang. Diakhir rapat tersebut secara bulat disepakatilah sebuah susunan kepengurusan Pergantian Antar Waktu (PAW) yang diketuai oleh Ketua Cabang Ferry Wahyudi dan Refli Prima sebagai Sekretaris Cabang.
            Hingga Kini (2010) telah terpilih 4 orang ketua cabang yang memimpin GMNI Cabang Kota Padang yaitu:

 a. Ferry Wahyudi – Refly Prima (2004 – 2006)
            Pada kepengurusan Ferry Wahyudi – Refli Prima, orientasi kepengurusan PAW GMNI Cabang Kota Padang diarahkan kepada pemulihan nama baik GMNI Cabang Kota Padang dimata alumni GMNI serta membuka kembali hubungan dengan organisasi-organisasi gerakan lainnya di Kota Padang yang sempat terputus ketika konflik. Tercatat dalam masa kepengurusan Ferry Wahyudi inilah GMNI Cabang Kota Padang melakukan serangkaian aksi yang merupakan rangkaian aksi terbanyak dalam sejarah GMNI Cabang Kota Padang. Puluhan kali GMNI Cabang Kota Padang melakukan aksi turun kejalan menentang kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat pada saat itu.
            Selain itu, terjadi perubahan yang cukup baik dalam gerakan kerakyatan GMNI Cabang Padang. GMNI Cabang padang kini telah mempunyai jaringan yang cukup baik di Kota padang maupun di Sumatera Barat yang meliputi Organisasi Mahasiswa baik intra maupun ekstra, LSM dan NGO, serta jaringan lainnya.
            Pada periode ini GMNI Cabang Kota Padang benar-benar berorientasi gerakan dan advokasi. Hal ini menyebabkan beberapa kelemahan diantaranya kurang terurusnya Kuantitas dan Kualitas ideologi kader GMNI sehiungga ketika masa kepengurusan ini berakhir tidak banyak kader-kader baru yang ditinggalkan dan kader-kader yang ditinggalkan tidak banyak yang menguasai ideologi. PPAB angkatan ke V dilakukan dalam masa kepengurusan ini.

 b. Rudi Chandra – Abdul Rapii (2006 – 2007)

            Kepengurusan Rudi Chandra dan Abdul Rapii dipilih dalam Konfercab IV yang dilaksanakan di kampus STEKIP PGRI Sumbar, Padang. Kepengurusan ini tidak berumur lama akibat kurang cakapnya kepemimpinan Ketua Cabang sehingga keadaan organisasi tidak membaik dan dalam beberapa hal malah menurun. Salah satunya adalah hanya mampu mengangkat satu kali PPAB yaitu angkatan ke VI. Selain itu, mulai maraknya kembali intrik-intrik kekuasaan yang melanda serta praktek korupsi dan pengkhianatan organisasi beberapa pengurus pra dan paska Kongres GMNI ke XV di Bangka Belitung sehingga puncaknya terjadilah pengambil alihan kepemimpinan oleh Dian Ihkwan pada akhir 2006 yang didukung oleh Presidium dan seluruh kader GMNI serta Alumni paska pelaksanaan Kongres GMNI. Salah satu prestasi kepengurusan Rudi Chandra dan Abdul Rapii (Sekretaris) adalah keberhasilan menempatkan salah satu kader GMNI Cabang Kota Padang, Refly Prima, menjadi anggota Presidium GMNI periode 2006 – 2008 Pada Kongres XV Bangka Belitung dimana Dian Ihkwan merupakan salah satu Pimpinan Sidang saat itu.

 c. Dian Ihkwan Yetmawati (2007 – 2008)

            Kepemimpinan Dian Ihkwan mulai berjalan pada Januari 2007 hingga Februari 2008. Pada periode ini kepengurusan dalam kondisi sangat memprihatinkan karena dari seluruh kepengurusan Rudi Chandra – Abdul Rapii, hanya beberapa orang saja yang masih berstatus mahasiswa dan pada masa kepemimpinan Dian Ihkwan, hanya beliau sendiri yang tersisa. Melihat kondisi GMNI Cabang Kota Padang yang kian kritis, Kader-kader GMNI Cabang Kota Padang yang tersisa (alumnus PPAB VI) serta restu dari Presidium GMNI yang dicoba-cerahkan oleh Refly Prima yang saat itu menjadi anggota Presidium, mencoba untuk menyelamatkan organisasi dengan sepakat untuk menunjuk Dian Ihkwan sebagai pimpinan tunggal GMNI Cabang Kota Padang dan sesegera mungkin melaksanakan PPAB VII bulan Maret 2007 disusul PPAB VIII pada bulan Desember 2007. Pengalaman dari beberapa kepengurusan yang lalu dimana GMNI Cabang Kota Padang terlalu berorientasi gerakan sehingga kebutuhan internal organisasi yang selalu diabaikan dicoba untuk diubah dalam periode ini.

            Upaya-upaya perluasan basis organisasi yang sempat ditinggalkan selama empat tahun belakangan kembali dirintis dan hasilnya bahkan melampaui target yang telah disusun. Dibulan Desember 2007, GMNI Cabang Kota Padang telah memiliki 3 komisariat definitive dan 2 komisariat Caretaker, bahkan GMNI Cabang Kota Padang berhasil melaksanakan PPAB I di kampus UMMY Solok yang membentuk embrio GMNI Cabang Solok pada bulan Desember 2008 dan masih dalam bulan yang sama GMNI Cabang Kota Padang bersama alumni-alumni GMNI di Pekanbaru melaksanakan PPAB angkatan I di Pekanbaru yang belakangan menjadi embrio pembentukan GMNI Cabang Kota Pekanbaru. Berkat bantuan alumni-alumni GMNI Padang, sebuah sekretariat GMNI Cabang yang representatif di daerah Sawahan Padang ikut membantu dalam realisasi program kerja yang berbasiskan pemberdayaan kader serta perbaikan ideologi dengan serangkaian diskusi rutin dan tentu saja tidak mengabaikan gerakan advokasi sosial di Kota Padang.
            Kepengurusan Dian Ihkwan berakhir dengan berakhirnya masa resmi kepengurusan Rudi Chandra pada bulan Februari 2008 dengan dilaksanakannya Konfercab V di sekretariat GMNI Cabang Kota Padang, Sawahan – Padang.

 d. Yandri – Septria Yanto (2008-2009)
            Yandri dipilih secara aklamasi dalam forum Konfercab V GMNI Cabang Kota Padang, dibantu oleh Septria Yanto sebagai sekretaris dan jajaran pengurus DPC lainnya, mencoba untuk meneruskan segala pekerjaan rumah yang belum selesai dikerjakan oleh kepengurusan sebelumnya.

            Dalam perjalanannya, kepengurusan DPC pimpinan Yandri – Septria mengalami keretakan akibat kurang mampunya DPC GMNI Cabang Kota Padang mengelola organisasi akibat belum tuntasnya pendidikan mental dan ideologi yang diturunkan oleh para senior/alumni GMNI. Hal ini diakui oleh beberapa alumni yang mengatakan bahwa kepengurusan Yandri – Septria merupakan kepengurusan yang terdiri dari kader-kader yang belum benar-benar siap untuk memimpin GMNI Cabang Kota Padang. Banyak alumni yang menyayangkan keputusan Ketua DPC sebelumnya, Dian Ihkwan, yang memaksakan Konfercab V dilaksanakan sesuai dengan jadwalnya sedangkan pada saat itu kader-kader yang akan menggantikan beliau secara mental/ideologi belum siap dan masih harus digembleng sekitar enam bulan sampai satu tahun lagi. Namun sejarah mencatat, kekhawatiran para alumni terjawab dengan realita bahwa kepengurusan Yandri – Septria memang belum mampu mengelola segala aset dan potensi kader yang ada.
            Sering terjadi konflik antara pengurus DPC, dan antar pengurus DPC terlihat tidak solid dan berjalan sendiri-sendiri. Komisariat-komisariat pun tidak mampu berkembang bahkan malah semakin menyusut karena kaderisasi yang kembali tersendat dimana dalam 1 tahun kepengurusan hanya mampu mengangkat satu PPAB (PPAB IX) dan satu kali KTD (KTD V) sedangkan PPAB X dan XI dianggap gagal karena manajemen kegiatan yang amburadul. Namun, bukan hanya selalu kegagalan yang dilakukan oleh kepengurusan GMNI Cabang Kota Padang yang dipimpin oleh Yandri – Septria, ada juga beberapa prestasi yang mampu dicapai oleh kepengurusan tersebut diantaranya berhasil melaksanakan beberapa kegiatan sosial, baik yang bersifat advokasi maupun seremonial.
            Tahun kepengurusan DPC GMNI Cabang Kota Padang pimpinan Yandri – Septria, DPC mengalami keretakan dan akhirnya pecah menjadi dua kepengurusan yaitu kepengurusan Yandri dan kepengurusan Wahyu Hidayat.

§  Kepengurusan Yandri
            Yandri membangun basis sendiri dengan membangun sebuah kepengurusan baru yang diisi oleh kader-kader baru. Tidak banyak informasi yang berhasil diperoleh mengenai kepengurusan baru yang dibangun oleh Yandri selain kelompok Yandri memang melakukan beberapa kegiatan. Basis kelompok yandri berada di Univ. Negeri Padang.

§  Kepengurusan Wahyu Hidayat
            Sebagian besar kader-kader GMNI lebih memilih untuk mengikuti DPC yang dibangun oleh wahyu Hidayat bersama kepengurusan DPC lainnya. Dalam sebuah rapat dibulan Oktober 2009 yang dilaksanakan oleh perwakilan Komisariat dan pengurus DPC disepakati untuk memilih Wahyu Hidayat sebagai Ketua Cabang baru yang akan mengawal organisasi GMNI Cabang Kota Padang sampai masa jabatan resmi Yandri – Septria berakhir Februari 2010. Namun, dalam prakteknya kepengurusan ini pun tidak dapat berbuat banyak untuk memperbaiki keadaan akibat sudah banyak kader yang tamat kuliah dan bekerja dan kader yang masih tersisa sudah memasuki masa skripsi/akhir kuliah sehingga tidak lagi fokus membesarkan organisasi. Untuk mensiasati hal tersebut disepakati untuk melaksanakan ulangan PPAB XI yang sempat gagal pada bulan Maret 2010 nanti untuk kembali membangun organisasi ini dari awal lagi.
            Hal ini mengakibatkan diundurnya Konfercab VI. Konfercab VI tersebut baru dapat dilaksanakan pada bulan februari tahun 2011.

5. Periode Febrian Bartez - Eko Firnanda (2011- sekarang)
            Masa bakti Dewan Pimpinan Cabang Padang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)2011-2013 dengan ketua cabang terpilih Bung Febrian secara aklamasi. Masa bakti yang dilalui oleh Pengurus terbaru tersebur mulai membenahi organisasi, baik itu disiplin organisasi maupun disiplin administrasi. Selain itu juga membenahi kualitas kader dengan terlaksananya KTD VI pada tanggal 24-26 Februari 2012 di balai kajian sejarah, belimbing padang.


oleh:
Tim Redaksi
           

5 komentar:

  1. Wah akhir nya muncul jg blog dari GMNI ini semoga bisa menjadi media pembelajaran bagi kader2 maupun bagi masyarakat banyak. semoga sukses

    Merdeka !!!

    BalasHapus
  2. Merdeka!!!!
    terimakasih bung...
    sangat diharapkan partisipasi dan suportnya..

    ^_^

    BalasHapus
  3. Wah ... mantap. Semoga GMNI Padang semakin jaya. Merdeka !

    BalasHapus
  4. Bgaimana menurut rekan2 semua GMNI cab.padang periode sekarang?

    BalasHapus
  5. Coin Casino Review for Canadian players - CasinoWow
    Coin Casino has been 메리트카지노 operating since 2004, and is owned and operated by Bally หารายได้เสริม Corporation. It was one of the first casino online casinos that 인카지노

    BalasHapus